Baca Gitu Loh - Banyak orang "tidak alim" berfatwa bahwa sholawat harus ada ijazah. Kalau tidak akan kerasukan setan, kalau tidak akan gila.
Hal ini menjadi kritikan Ahmad Yayak, selaku Muhibbin Abah Guru Sekumpul.
Padahal jelas, bahwa Wali Qutbul Ilmi Syekh Sayyid Muhammad Alwi Al Maliki mengatakan sholawat tak perlu ijazah, tak perlu thoriqoh, tak perlu kaifiyah, tak perlu guru.
Wali Qutbul Akwan Ganjil Raja, Abah Guru Sekumpul, juga berulang kali mengatakan bahwa Sholawat, Istigfar, dan Wirdul Latif tidak perlu ijazah.
Tapi kenapa, orang gak alim, memaksa berfatwa gak boleh, mereka memaksa bahwa sholawat harus dapat ijazah.
Mereka terus saja menakuti umat Islam agar gak bersholawat.
Bahkan oknum orang Kalsel, ada yang bilang, dia bingung mau beramal dzikir.
"Saya bingung mau dzikir apa, saya mau sholawat katanya gak boleh kalau gak diajari guru," kata oknum orang Kalsel, yang selalu ditakut-takuti orang gak alim di sana.
Karena ditakut-takuti, kalau gak ada guru maka setan gurunya.
Padahal dalil itu, ada terusannya, yakni Sholawat adalah pengganti guru, syekh, murrobbi mursyid di akhir zaman.
Jarang ada ustad muda yang meneruskan dalil ini. Yang dibaca cuma begini.
Siapa tidak ada guru, maka setan gurunya (berhenti di situ gak diteruskan).
(Padahal harusnya diteruskan) Namun sholawat adalah pengganti guru, syekh murobbi mursyid di akhir zaman, seperti ucapan Abah Guru.
Senada dikutip dari artikel NU Online berikut ini.
Habib Rifqi bin Umar al Aidid menuturkan bahwa dalam membaca shalawat Nabi tidak membutuhkan ijazah. Karena sesungguhnya ijazah dibutuhkan agar seseorang memiliki silsilah sanad. Adanya ijazah ilmu dan ijazah amalan adalah untuk mengetahui siapa guru-gurunya.
Artikel Terkait
Sholawat Mimpi Nabi Ini Milik Habib Sepuh Marga Al Habsyi, Kenapa Hanya Beredar dari Wali Ganjil Raja Alaydrus